Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran

Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran
Ilustrasi upacara pemakaman orang tua

Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran. Anak-anak yang tetap rukun dan damai sepeninggal orang tua adalah impian setiap orang di masa tuanya. Pada kenyataannya, ada banyak perpecahan keluarga terjadi yang mengakibatkan perselisihan bahkan sampai kepada pembunuhan justru karena persoalan pembagian warisan.

Banyak orang tua yang merasa nyaman ketika memiliki cukup harta untuk dibagikan sebagai warisan ketika ajalnya tiba. Bahkan di masa pensiun pun yang seharusnya di isi dengan kegiatan yang lebih reflektif dan mendekatkan diri pada Tuhan, ada banyak orang tua yang masih terus berupaya meningkatkan jumlah properti untuk di wariskan.

Anggapan bahwa harta warisan yang banyak akan membantu sang anak hidup lebih sejahtera membuat orang tua lupa bahwa ada nilai yang lebih penting dan hakiki yang harus ditanamkan kepada setiap anggota keluarga. Nilai utama yang harusnya diwariskan kepada anak bahwa: “akar segala kejahatan adalah cinta akan uang” menjadi terabaikan, tertutupi oleh niat baik menjadikan kehidupan sang anak setingkat lebih baik dalam hal “sejahtera”.

Ralph Waldo Emerson seorang filsuf dan penulis/penyair pernah mengatakan: “Money often costs too much”. Ketika orang tua sibuk mengejar materi untuk dipersiapkan sebagai warisan, tanpa sadar melupakan dan abai pada hal-hal kecil yang justru berdampak besar.

Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran Bukan Materi

Materi memang penting dan sangat dibutuhkan anak-anak terutama ketika orang tua sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sangat sulit membayangkan sang orang tua sakit parah tetapi tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya karena kemampuan keuangan yang tidak mendukung.

Bahkan ketika sang orang tua akhirnya dipanggil Sang Khalik, acara penguburan juga menelan biaya yang tidak bisa di bilang sedikit. Bagi orang Batak, upacara adat penguburan orang tua jauh lebih mahal dari pada menggelar resepsi pernikahan. Orang tua yang baik tentu tidak ingin membebani anak-anaknya di masa tua baik pada saat sakit maupun matinya.

Bagaimana jika orang tua meninggal dan tidak mewariskan apapun kepada anak-anaknya? Atau justru meninggalkan utang piutang yang justru menjadi beban anak-anaknya? Apakah dengan demikian sikap hormat dan sayang kepada orang tua akan berubah, sejatinya tidak. Mengapa, karena tidak ada orang tua yang sebenarnya merencanakan kejahatan kepada anak-anaknya.

Sikap anak-anak yang mengasihi dan menghormati orang tua juga haruslah teruji. Salah satu ujian yang paling ampuh adalah, seandainya orang tua menjual seluruh hartanya dan menyumbangkannya pada panti asuhan, masihkah sang anak menaruh sikap sayang dan hormat? Jangan sampai kita sebagai anak mengasihi dan menghormati orang tua hanya semata-mata berharap kebagian harta warisan.

Dalam banyak kasus kita mendengar dan melihat bahwa ketika orang tua sakit sang anak yang menjaga di rumah sakit justru mempertanyakan pembagian harta warisan. Dan ketika meninggal pun, pembagian warisan menjadi sesuatu yang sangat mendesak dan lebih penting dari pada isak tangis kesedihan perpisahan selama-lamanya.

Kasih Dan Kebenaran Pengikat Tali Persaudaraan

Dalam banyak kasus orang tua yang telah menyiasati akhir hidupnya dengan membuat surat wasiat dan akte notaris terkait pembagian harta warisan pun tidak menjamin bahwa di kemudian hari anak-anaknya menyikapinya dengan rukun dan damai. Subjektivitas rasa keadilan dan penerimaan menjadikan niat baik orang tua menjadi sumber konflik. Natur manusia yang tidak pernah merasa cukup dan lupa bersyukur semakin memperparah kondisi. Warisan yang seharusnya diberikan oleh orang tua menurut “keadilannya” sendiri, berubah menjadi kompetisi anak yang paling besar atau berjasa adalah penerima yang utama.

Tingkat pendidikan yang cukup baik juga tidak serta merta menutup celah terjadinya perselisihan anak-anak dalam memperebutkan harta orang tua. Kebenaran versi masing-masing menutup mata dan membutakan hati terhadap falsafah orang tua yang menyatakan: “menang jadi arang kalah jadi abu”. Dalam konflik tersebut semua anggota keluarga di rugikan, tidak ada yang di untungkan.

Kasih memungkinkan perbedaan perspektif tidak menjadikan perbedaan substansi. Bahwa hubungan persaudaraan sebagai anak-anak menjadi esensi paling tinggi mengalahkan kepentingan dan nilai-nilai subjektif. Penghormatan kepada orang tua yang di dasarkan kasih menjadikan anak-anak memberikan pelayanan tanpa berharap imbalan (warisan sebagai anugerah bukan tujuan).

Kebenaran yang telah ditanamkan orang tua dalam bentuk nilai-nilai yang transformasikan menjadi teladan hidup akan memampukan anak-anak bersikap dan mengambil solusi yang mengedepankan kasih ketika terjadi perselisihan. Kebenaran yang tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua akan membentengi anak-anak dari perpecahan ketika ego menyeret mereka dan memandang persolan dari subjektivitas masing-masing.

Para orang tua yang telah bekerja keras untuk membahagiakan keluarga dan mengumpulkan properti sedikit demi sedikit untuk diwariskan kepada anak cucu layak di apresiasi. Tetapi jauh lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai kasih dan kebenaran dalam bentuk praktika hidup yang nantinya bermanfaat menjadikan materi titipan Tuhan sebagai sumber sukacita, damai sejahtera dan kebahagiaan. Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran.

0 Response to "Warisan Orang Tua Terbesar Adalah Kasih Dan Kebenaran"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel