Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak

 

Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak. Hampir tidak ada orang tua yang mengajarkan yang salah atau pernah mengajarkan sesuatu yang tidak benar kepada anak-anaknya. Meskipun pendidikan orang tua tidak tinggi, pasti selalu bermimpi memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Ketika menghadapi kondisi dimana dalam perkembangan si anak mendapatkan koreksi terkait perilaku yang kurang baik dari orang-orang disekitarnya, pada umumnya orang tua akan menyatakan dengan tegas: “kami selaku orang tua tidak pernah mengajarkan hal seperti itu kepada anak-anak, itu mungkin pengaruh buruk dari pihak lain dan lingkungan sekitar. Banyak orang tua merasa aman dan nyaman karena secara verbal tidak pernah mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang di anut secara umum. Tetapi lupa menyadari bahwa tidak pernah di ajarkan secara verbal tetapi tidak melakukannya sebagai teladan hidup adalah dua hal yang bertolak belakang. Dalam acara-acara yang dianggap sakral di rumah tangga seperti ulang tahun, lulusan sekolah, tahun baru, natalan/lebaran selalu di isi dengan acara dimana orang tua di mungkinkan menanamkan nilai-nilai kebenran dengan memberikan nasehat serta mengingatkan anak-anak akan pentingnya menjaga hidup yang benar. Dalam kondisi demikian orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang cukup dan melakukan perannya dengan baik. Padahal dalam waktu bersamaan petuah yang diucapkan di tuntut untuk di contohkan dalam perilaku sebagai role model. Kesadaran Akan Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak Masih Minim Ketika orang tua mengajarkan anaknya mengasihi orang lain layaknya dirinya sendiri tetapi di sisi yang lain menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan ucapannya sendiri akan menyebabkan sang anak merasa ambigu. Tidak perduli apakah sang anak sudah dewasa dan punya standar nilai tersendiri sebagai hasil dari pendidikan atau anak yang masih kecil dan belum paham apa yang terjadi mempunyai pengaruh buruk yang sama. Bagaimana si anak kemudian bersikap dan merespon lingkungannya akan berbanding lurus dengan teladan sang orang tua. Pengetahuan akan nilai-nilai kebenaran secara verbal dan konsistensi implementasi nilai tersebut dalam bentuk perilaku ibarat dua sisi mata uang yang berjalan beriringan. Tidak boleh ada yang di tinggalkan, meskipun orang tua yang secara kerohanian merasa cukup baik dan punya pengetahuan akan yang baik dan benar (terdidik), tidak akan merasa cukup jika belum mempraktekkannya dalam keluarga. Kesadaran orang tua akan pentingnya teladan dikaburkan dengan alasan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikan keluarga. Berbohong untuk kebaikan menjadi ilmu baru yang teorinya entah bersumber dari mana. Asal tidak merugikan dan mengganggu keluarga, sang anak dan orang tua tanpa sadar “menyepakati” toleransi yang kebablasan. Benturan akan terjadi jika sang anak/keluarga tersebut bersinggungan dengan orang lain dari latar belakang keluarga yang berbeda. Misalnya ketika sang anak harus tinggal jauh dari orang tua (merantau/kost) atau yang paling serius ketika menikah dengan orang lain. Meskipun orang tua bisa membela diri dengan menyatakan tidak pernah mengajarkan yang tidak baik terkait bagaimana bersikap dan memperlakukan orang lain, kesalahan terbesar mengapa anak-anak kemudian berkonflik dengan sesamanya seharusnya ada pada mereka. Sungguh ironis melihat orang tua yang tidak mau disalahkan ketika kelakuan sang anak mendapatkan koreksi dari lingkungannya, tetapi pada saat di puji/apresiasi dia menerimanya dengan kebanggaan yang tinggi. Pendidikan Anak Dirumah Yang Pertama dan Terutama Orang tua yang bangga dengan prestasi dan pencapaian anaknya seharusnya juga merasa paling bersalah jika sang anak menemui kegagalan. Pendidikan pertama dan terbaik justru ada di rumah, bukan disekolah termahal dengan predikat internasional. Bulan ini adalah masa tahun ajaran baru dimulai dimana orang tua merencanakan pendidikan untuk anak-anaknya dari jenjang paling rendah sampai paling tinggi. Segala referensi dan informasi dikumpulkan untuk memilih sekolah terbaik dan memastikan anak kita menikmati pendidikan terbaik. Satu hal yang harus menjadi catatan dengan garis bawah, sekolah terbaik, fasilitas pendukung, les privat paling mahal hanya akan menjadi supporting dalam proses pendidikan anak-anak. Yang utama dan pertama adalah pendidikan di rumah mulai dari disiplin, respect, kerja keras, mengandalkan Tuhan semuanya dimulai dari keluarga. Jangan sampai karena anak-anak kita bersekolah di lembaga pendidikan favorit, kita merasa tugas kita selesai atau telah diambil alih pihak lain dengan kompensasi bayaran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Berhasil atau gagal, cacat atau mulia, memenuhi harapan atau mengecewakan pendidikan anak-anak adalah kehormatan orang tua. Sekali lagi, pengetahuan secara verbal akan menjadi sia-sia dan mubazir ketika pengetahuan secara perilaku (teladan) tidak secara konsisten diterpakan dan dihidupi orang tua. Jangan sampai keberhasilan sang anak diklaim sebagai prestasi orang tua, kegagalan justru dicampakkan entah siapa yang jadi kambing hitam. Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak
Ilustrasi Pendidikan Anak

Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak. Hampir tidak ada orang tua yang mengajarkan yang salah atau pernah mengajarkan sesuatu yang tidak benar kepada anak-anaknya. Meskipun pendidikan orang tua tidak tinggi, pasti selalu bermimpi memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Ketika menghadapi kondisi dimana dalam perkembangan si anak mendapatkan koreksi terkait perilaku yang kurang baik dari orang-orang disekitarnya, pada umumnya orang tua akan menyatakan dengan tegas: “kami selaku orang tua tidak pernah mengajarkan hal seperti itu kepada anak-anak, itu mungkin pengaruh buruk dari pihak lain dan lingkungan sekitar.

Banyak orang tua merasa aman dan nyaman karena secara verbal tidak pernah mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang di anggap benar secara umum. Tetapi lupa menyadari bahwa tidak pernah di ajarkan secara verbal tetapi tidak melakukannya sebagai teladan hidup adalah dua hal yang bertolak belakang.

Dalam acara-acara yang dianggap sakral di rumah tangga seperti ulang tahun, lulusan sekolah, tahun baru, natalan/lebaran selalu di isi dengan acara dimana orang tua di mungkinkan menanamkan nilai-nilai kebenran dengan memberikan nasehat serta mengingatkan anak-anak akan pentingnya menjaga hidup yang benar.

Dalam kondisi demikian orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang cukup dan melakukan perannya dengan baik. Padahal dalam waktu bersamaan petuah yang diucapkan di tuntut untuk di contohkan dalam perilaku sebagai role model.

Kesadaran Akan Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak Masih Minim

Ketika orang tua mengajarkan anaknya mengasihi orang lain layaknya dirinya sendiri tetapi di sisi yang lain menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan ucapannya sendiri akan menyebabkan sang anak merasa ambigu/standar ganda.

Tidak perduli apakah sang anak sudah dewasa dan punya standar nilai tersendiri sebagai hasil dari pendidikan atau anak yang masih kecil dan belum paham apa yang terjadi pasti mempunyai pengaruh buruk yang sama. Bagaimana si anak kemudian bersikap dan merespon lingkungannya akan berbanding lurus dengan teladan sang orang tua.

Pengetahuan akan nilai-nilai kebenaran secara verbal dan konsistensi implementasi nilai tersebut dalam bentuk perilaku ibarat dua sisi mata uang yang berjalan beriringan. Tidak boleh ada yang di tinggalkan, meskipun orang tua yang secara kerohanian merasa cukup baik dan punya pengetahuan akan yang baik dan benar (terdidik), tidak akan merasa cukup jika belum mempraktekkannya dalam keluarga.

Kesadaran orang tua akan pentingnya teladan dikaburkan dengan alasan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikan keluarga. Berbohong untuk kebaikan menjadi ilmu baru yang teorinya entah bersumber dari mana. Asal tidak merugikan dan mengganggu keluarga, sang anak dan orang tua tanpa sadar “menyepakati” toleransi yang kebablasan.

Benturan akan terjadi jika sang anak/keluarga tersebut bersinggungan dengan orang lain dari latar belakang keluarga yang berbeda. Misalnya ketika sang anak harus tinggal jauh dari orang tua (merantau/kost) atau yang paling serius ketika menikah dengan orang lain.

Meskipun orang tua bisa membela diri dengan menyatakan tidak pernah mengajarkan yang tidak baik terkait bagaimana bersikap dan memperlakukan orang lain, kesalahan terbesar mengapa anak-anak kemudian berkonflik dengan sesamanya seharusnya ada pada mereka. Sungguh ironis melihat orang tua yang tidak mau disalahkan ketika kelakuan sang anak mendapatkan koreksi dari lingkungannya, tetapi pada saat di puji/apresiasi dia menerimanya dengan kebanggaan yang tinggi.

Pendidikan Anak Dirumah Yang Pertama dan Terutama

Orang tua yang bangga dengan prestasi dan pencapaian anaknya seharusnya juga merasa paling bersalah jika sang anak menemui kegagalan. Pendidikan pertama dan terbaik justru ada di rumah, bukan disekolah termahal dengan predikat internasional.

Bulan ini adalah masa tahun ajaran baru dimulai dimana orang tua merencanakan pendidikan untuk anak-anaknya dari jenjang paling rendah sampai paling tinggi. Segala referensi dan informasi dikumpulkan untuk memilih sekolah terbaik dan memastikan sang anak menikmati pendidikan terbaik.

Satu hal yang harus menjadi catatan dengan garis bawah, sekolah terbaik, fasilitas pendukung, les privat paling mahal hanya akan menjadi supporting dalam proses pendidikan anak-anak. Yang utama dan pertama adalah pendidikan di rumah mulai dari disiplin, respect, kerja keras, mengandalkan Tuhan semuanya dimulai dari keluarga.

Jangan sampai karena anak-anak kita bersekolah di lembaga pendidikan favorit, kita merasa tugas kita selesai atau telah diambil alih pihak lain dengan kompensasi bayaran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang tinggi. Berhasil atau gagal, cacat atau mulia, memenuhi harapan atau mengecewakan pendidikan anak-anak adalah kehormatan orang tua.

Sekali lagi, pengetahuan secara verbal akan menjadi sia-sia dan mubazir ketika pengetahuan secara perilaku (teladan) tidak secara konsisten diterapkan dan dihidupi orang tua. Jangan sampai keberhasilan sang anak diklaim sebagai prestasi orang tua, kegagalan justru dicampakkan dengan menjadikan entah siapa yang jadi kambing hitam. Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak

2 Responses to "Teladan Orang Tua Cara Terbaik Mendidik Anak"

  1. Sangat setuju lae, peran orang tua dalam mendidik anak, sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dan tentunya akan membentuk karakter anak tersebut.
    Pendidikan bukan hanya sekedar pengetahuan, tetapi lebih kepada sikap hidup dan perilaku sehari-hari, yang tentunya diteladani anak langsung dari orangtuanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali lae, peran+pengaruh+tanggungjawab terbesar ada pada orangtua bukan di sekolah.

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel