Mendidik Anak Menjadikan Pekerjaan Sebagai Passion
Mendidik Anak Menjadikan Pekerjaan Sebagai Passion. Banyak orang berpikir bahwa passion adalah sesuatu pekerjaan yang
kita sukai (hobby) dan menggelutinya
seakan tanpa tantangan dan perjuangan.
Hal tersebut menyebabkan
ketika seseorang menemukan kendala dan situasi yang menurutnya tidak kondusif
dalam satu bidang pekerjaan, kemudian memutuskan untuk pindah dan mencari
tempat yang baru. Proses perpindahan itu akan terus berulang karena sejatinya
setiap karir membutuhkan proses dan tantangan.
Ketekunan dan perjuangan yang lahir dari kecintaan
terhadap bidang pekerjaan akan memampukan seseorang tetap bertahan dan tetap melakukan
yang terbaik meskipun menghadapi kondisi yang tidak kondusif dan banyak
rintangan.
Ketika situasi mendukung dan segala sesuatu berjalan seperti
yang diharapkan pun tidak otomatis menjadi kunci bahwa pekerjaan tersebut
benar-benar passion-nya kita. Kecintaan
kiita terhadap apa yang kita kerjakan seharusnya membawa kita kepada timbulnya kemampuan
paling optimal dalam mengembangkan karya dalam dunia kerja.
Untuk meyakini pekerjaan yang kita bisa lakukan dengan
suka dan cinta, pemahaman yang baik
terhadap potensi diri kita seharusnya menjadi dasar yang utama. Pengenalan potensi
diri akan membawa kita kepada kemampuan mengenali bidang yang menjadi vokasi
kita.
Vokasi (vocation)
berakar dari kata dalam bahasa Latin “vocare”
yang berarti: memanggil. Kita hanya bisa memaknai pekerjaan sebagai vokasi jika
kita terpanggil untuk melakukan suatu pekerjaan dan tidak melakukannya hanya
untuk diri sendiri tetapi sebagai pelayanan kepada pihak lain bahkan jika tidak
dibayar sekalipun.
Mendidik Anak Menjadikan
Pekerjaan Sebagai Passion Memerlukan Peran Orang Tua
Orang tua seharusnya menjadi pihak yang paling mengenal
dan memahami minat, bakat dan potensi anak-anaknya. Pengembangan dan pematangan
pengenalan diri dalam media pendidikan juga tak lepas dari peran keluarga.
Orang tua menjadi tempat bertanya dan memiliki konsep
yang baik bagaimana seharusnya pekerjaan dilakukan. Pengalama hidup dan
praktika dalam keluarga juga seharusnya menjadi role model dan teladan yang menginspirasi generasi selanjutnya.
Pengenalan yang baik dari orang tua akan membawa sang anak
menemukan potensi terbaiknya. “Keluarga yang baik” juga akan menjadi
fasilitator terbaik ketika memilih pendidikan yang tepat untuk mengembangkan
kapasitas keilmuannya.
Dalam kenyataannya ada banyak orang tua yang tidak mampu
menjadi fasilitator dan justru memperlakukan anak-anak sebagai aset yang harus
meneruskan dan memperjuangkan “kerajaan” yang dibangunnya.
Ada banyak orang yang menempuh pendidikan dan bekerja
tidak sesuai dengan bidang yang menjadi passion-nya
karena orang tua yang memaksakan kehendak dan menitipkan cita-citanya kepada
anak-anaknya.
Dalam hal ini orang tua telah gagal memaknai pekerjaan
sebagai panggilan dan pelayanan kepada orang lain. Padahal pekerjaan yang
bertujuan hanya sebagai sarana mencari uang sebagai tujuan sesungguhnya adalah
penyembahan kepada berhala.
Orang tua seringkali dihadapkan pada pergumulan dilematis
ketika memilih antara program studi yang diminati sang anak dengan jurusan yang
secara empiris menjanjikan pekerjaan dengan penghasilan yang besar. Jurusan
yang menjanjikan pekerjaan dengan penghasilan besar menjadi prioritas utama.
Dalam kondisi demikian seseorang sebenarnya masih
dimungkinkan “berhasil”, tetapi mengerjakan sesuatu sebagai beban akan sampai
kepada suatu titik jenuh dan potensi tampilnya kemampuan terbaik jelas menjadi
lebih sulit.
Keluarga bukan hanya punya andil, tetapi menjadi pihak
paling bertanggungjawab ketika seorang anak tidak berhasil menemukan potensi
dirinya dan mengembangkannya sampai ke titik paling optimal.
Setiap Pekerjaan Adalah Panggilan,
Sama Mulia dan Berharganya di Hadapan Tuhan
Banyak orang tua yang masih berpandangan pekerjaan
sebagai semata status sosial. Apalagi jika sebelumnya dianggap cukup berhasil (dengan
harta yang banyak) melalui pekerjaannya, cara hidup “paling nyaman dan bahagia”
yang seharusnya diikuti generasi selanjutnya adalah dengan mengikuti jejak
karirnya.
Banyak yang bingung dan menanggapinya dengan sinis ketika
seorang anak memiliki cita-cita yang tidak biasa seperti: pemadam kebakaran
atau masinis kereta api. Sikap seperti ini lahir dari pandangan yang menganggap
pekerjaan tersebut kurang menjanjikan bahkan hina dan tidak berarti.
Ada cerita yang mengatakan seorang tua akan lebih senang
anaknya di apelin oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan I dengan
gaji sekitar 3 juta rupiah per bulan daripada ditaksir seorang “toke jengkol” dengan
keuntungan penjualan 3 juta rupiah per minggu.
Jika semua orang menjadi PNS lantas kita akan makan apa
ketika tidak ada orang yang mau menjadi petani. Ketika semua orang menjadi
pejabat tinggi lantas siapakah yang akan menyediakan segelas kopi ketika tidak
seorang pun mau menjadi office boy?
Sebuah kenyataan sebaliknya ada orang yang mampu bertahan
berpuluh tahun hanya dengan menggeluti sebuah pekerjaan yang menurut penilaian survey
tidak diinginkan banyak orang.
Orang yang menikmati pekerjaannya sebagai anugerah dan
panggilan Tuhan akan menjalaninya dengan sepenuh hati meskipun bagi orang lain
pekerjaan tersebut sesuatu yang harus dihindari.
Membayangkan harus bekerja sebagai dokter forensik atau
pembersih mayat di rumah sakit saja akan membuat sebagian orang tidak bisa
makan selama berhari-hari padahal pekerjaan itu sangat mulia.
Pasti ada rencana Tuhan ketika seseorang merasa seperti “tercebur” dalam suatu pekerjaan.
Meskipun awalnya bukan merupakan sesuatu yang di sukai tetapi tidak otomatis pindah
kerjaan. Ketika akhirnya menyadari, bisa saja pekerjaan tersebut menjadi
menarik dan menikmati setiap prosesnya.
Orang tua juga sudah seharusnya memandang pekerjaan sebagai aktualisasi dan pengembangan potensidiri seorang anak dalam menjawab “panggilan” Tuhan. Hal inilah yang akan mendorong dan memungkinkan seorang bekerja seperti untuk Tuhan, bukan kepada bosnya semata. Mari Mendidik Anak Menjadikan Pekerjaan Sebagai Passion.
0 Response to "Mendidik Anak Menjadikan Pekerjaan Sebagai Passion"
Post a Comment