Ikan Mujair Hama, Menafikan Anugerah Tuhan Bagi Danau Toba
Ikan Mujair
Hama, demikian pendapat Leo Situmorang ketua Forum Batak Intelektual (FBI)
baru-baru ini sebagaimana di lansir https://medan.tribunnews.com/.
Pernyataan Leo berawal dari perseteruan dan saling sindir dengan pengacara
ternama Horman Paris Hutapea. Miris, konflik diantara keduanya mengakibatkan pihak
lain terhina dan ironisnya tidak mampu membela atau melaporkannya kepada pihak
yang berwajib.
Ikan Mujair
di persepsikan sebagai hama. Hama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
arti: hewan yang mengganggu produksi pertanian seperti babi hutan, tupai,
tikus, dan terutama serangga, benih penyakit, biang keladi kerusakan, perusak. Leo
mengasosiasikan Ikan Mujair sebagai “kampungan”, lebih rendah dari daging ayam
dan sapi dan hidup tanpa perlu diternakkan/dipelihara.
Menurut Wikipedia.org
Mujair (Oreochromis mossambicus) adalah sejenis ikan yang biasa dikonsumsi, di
Indonesia pertama sekali ditemukan oleh Pak Mujair di Muara Sungai Serang
pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan yang masih berkerabat
dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di berikan nama Mujair untuk mengenang
penemunya. Oleh banyak kalangan Mujair disebut juga Mujahir.
Meskipun
disebut sebagai ikan invasif karena merugikan ikan asli dengan bersaing dalam
memperebutkan makanan dan tempat bertelur, serta memangsa ikan kecil namun ikan
Mujair juga punya manfaat dalam mengendalikan populasi tumbuhan air dan
serangga liar. Nutrisi yang terkandung dalam ikan Mujair juga sangat baik untuk
kesehatan.
Ikan Mujair kaya akan nutrisi
Menyitir
hellosehat.com, ikan Mujair memiliki kandungan nutrisi antara lain: energi,
protein, lemak, kalssium, fosfor, natrium, kalium, retinol dan bahkan selenium
yang sangat berguna mendukung berbagai fungsi organ tubuh.
Dari
kandungan gizinya, pada ikan mujair juga terdapat asam lemak omega-3 dan
omega-6. Dengan beragam mineral dan vitamin yang dimilikinya, ikan Mujair merupakan
salah satu menu santapan keluarga yang sangat dianjurkan.
Ikan Mujair
memiliki manfaat yang sangat dibutuhkan umat manusia seperti:
membangun/memperkuat massa otot, menjaga kadar kolesterol, membantu mengontrol
gula darah, memperkuat sistem imun serta aman dikonsumsi anak-anak dan ibu
hamil. Yang menjadi catatan ketika mengkonsumsi ikan Mujair: sebaiknya
dikonsumsi dalam batas yang wajar untuk memperoleh manfaatnya.
Yang tidak
kalah penting, alodokter.com menyebut jika ikan Mujair merupakan salah satu
sumber protein yang sangat baik tidak kalah dengan ikan salmon dan tuna. Selama
ini ikan salmon merupakan salah satu sumber nutrisi yang paling
direkomendasikan untuk dikonsumsi anak-anak terutama dalam usia balita/pertumbuhan.
Ikan Mujair dan Danau Toba
Mengacu
kepada berbagai publikasi ikan Mujair dan ikan Mas telah di introduksi ke Danau
Toba pada jaman penjajahan kolonial Belanda, masing-masing pada Tahun 1940 dan 1937 (Sarnita, 1999). Dari puluhan jenis ikan
yang pernah ditemukan di Danau Toba, antara lain (Soerjani et al, 1979) menemukan 18 jenis dan Kartamihardja (1987) menemukan
13 jenis, ikan Mujair merupakan salah satu yang menonjol.
Ikan Mujair
menjadi menonjol karena menjadi sumber pangan yang relatif terjangkau oleh
masyarakat di sekeliling Danau Toba. Seingat penulis, pada tahun 1980-an
berenang di Danau Toba memiliki tradisi “Mandadap Dekke” yang bermakna menyelam
sembari memasukkan tangan dalam rongga dibawah batu terutama batu besar untuk
menangkap ikan mujair. Selain itu pada pergantian musim,oleh karena perubahan kecepatan
angin dan gelombang banyak ditemukan ikan yang pingsan/mati yang masih dapat
dikonsumsi yang dikenal dengan “Dekke Lalang”. Menjadi sumber penghasilan bagi
banyak keluarga yang menjadi nelayan dengan cara sore hari mengayuh sampan
(Solu) menebarkan jala (Doton) dan memanen pada pagi hari (subuh) untuk dijual
keberbagai tempat. Selain ikan Mujair, ikan/ihan Batak dan ikan Mas menjadi
jenis ikan yang sangat familiar dengan masyarakat Batak.
Ikan Neolissochilus
Lissochillus thienemanni (ikan/ihan Batak) merupakan spesies endemik karena
hanya ditemukan di Danau Toba (Kottelat
et al, 1993) namun keberadaannya saat ini sudah sangat jarang meskipun bernilai
penting untuk masyarakat Batak/upacara adat.
Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu
atribut/perangkat upacara adat yang sangat penting. Dalam upacara adat Batak “mangupa”
yang berarti mendukung seseorang untuk mencapai cita-citanya atau menguatkan
seseorang yang baru lepas dari musibah terdapat sebuah filosofi yang sangat
baik. Untuk mangupa “sebaiknya” disajikan ikan mas atau ihan batak dengan harapan
sifat-sifat dan karakter ikan tersebut seperti: selalu mencari air jernih,
mencari air dengan arus deras menjadi doa semoga orang yang diupa senantiasa
berjalan dalam jalan yang benar dan pekerja keras dalam hidupnya.
Hikmah bagi pecinta ikan Danau Toba
Bagi sebagian
orang yang lahir dan besar di tepian Danau Toba, ikan Mujair merupakan menu
yang di dambakan. Meskipun ikan nila masih kerabat, tapi dalam rasa memiliki
perbedaan dan tidak bisa disamakan. Ikan Mujair menjadi spesial karena tidak diternakkan,
sedangkan ikan nila dibesarkan dalam Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan Mujair
yang berasal dari kolam dan Danau Toba saja tidak sama enaknya.
Perseteruan
Leo Situmorang dengan Hotman Paris seakan mengingatkan kita ada yang hilang
dari Danau Toba. Ikan Mujair (bukan ikan nila) sudah jarang ditemukan, selama
ini seperti terabaikan dan tidak mendapatkan perhatian. Tradisi Mandadap Dekke
sudah hilang demikian juga profesi nelayan. Solu dan Doton juga perlahan akan
hilang dari tepian pantai Danau Toba.
“Tombur” atau
“Natinombur” dan ikan Mujair Arsik yang merupakan hidangan favorit juga akan
menjadi kenangan, karena sekali lagi ikan nila tidak bisa disamakan dengan ikan
mujair. Dengan kejadian ini adakah rencana kita untuk melakukan sesuatu demi mujair? Mujair hanya bisa menunggu, semoga.
Daftar
Pustaka:
Kartamihardja, E.S. 1987. Potensi
Produksi dan Pengelolaan Perikanan di Da- nau Toba, Sumatera Utara. Bull.
Penel. Perik. Darat. Vol., 6(1): 65–77.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N.
Kartikasari, & S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes of Western
Indonesia and Sulawesi. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi.
Periplus Edition. 293 hlm 84 lamp.
Sarnita, A.S. 1999. Introduction and
Stocking of Freshwater Fishes into Inland Waters of Indonesia. In: W.I.T. van
Densen & M.J. Morris (eds). Fish and Fisheries of Lakes and Reservoirs in
Southeast Asia and Africa. Westbury Publ., Otley, UK. Pp. 143–150.
Kereeen.... pertama membaca judulnya saja, bunda sdh tergiur enak dan gurihnya ikan mujair. Bunda suka bangetz. Bagaimana jika ikan Nila dan Mujair dikawinkan ya?... Perlu dicoba ini Pak...
ReplyDeleteTerima kasih banyak bunda untuk support dan ide briliannya
Delete