Mendidik Anak Mencegah Perilaku Bullying
Mendidik Anak
Mencegah Perilaku Bullying. Perilaku perundungan
untuk jangka panjang sejatinya memberikan dampak buruk kepada kedua belah pihak
baik korban maupun pelaku. Kewaspadaan dalam menjaga potensi terjadinya
perbuatan yang dikategorikan "tidak menyenangkan", menjadi tanggungjawab semua orang tua tanpa
terkecuali.
Setiap anak punya potensi yang sama untuk menjadi pelaku
sekaligus korban perilaku perundungan. Orang tua yang bijaksana harus mengantisipasi
dari kedua sisi kemungkinan dengan memberikan edukasi yang berimbang. Meskipun
guru di sekolah juga ikut berperan, tanggungjawab orang tua jauh lebih besar.
Seringkali karena kesibukan orang tua mencari nafkah, waktu
untuk memberikan perhatian khusus terhadap perilaku anak menjadi terabaikan.
Komunikasi yang buruk dan satu arah serta waktu bersama yang minim semakin
menjauhkan keluarga dari sebuah kondisi yang ideal dimana perilaku di bahas dan
dididik secara benar.
Sangat menyedihkan membaca berita tentang perundungan anak
Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Perilaku yang menyebabkan
korban tidak mau makan dan minum, jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Meskipun
penyebab meninggalnya masih memerlukan pendalaman, namun perbuatan yang katanya hanya iseng
dan candaan tersebut, jelas tidak bisa dibenarkan.
Dari sisi pelaku, rasa bersalah dan penyesalan akan
menjadi sebuah “beban” yang akan terus menghantui. Ini membuktikan perilaku
risak hanya meninggalkan dampak psikis yang buruk yang harus disadari dan
diantisipasi bersama, orang tua maupun guru di sekolah.
Mendidik Anak Mencegah Perilaku
Bullying, Memerlukan Mitigasi Sejak Dini
Semua orang tua pasti tidak ada yang menginginkan anaknya
menjadi pelaku apalagi korban perilaku bullying.
Namun kesadaran akan pentingnya mengenali potensi perilaku belum menjadi sesuatu
yang dianggap penting. Seringkali setelah kejadian hanya berusaha mencari
kambing hitam untuk dipersalahkan.
Perundungan bisa terjadi oleh banyak hal, baik faktor
internal maupun eksternal. Perbuatan mengganggu, mengusik terus-menerus,
menyusahkan orang lain bukan terjadi begitu saja. Membutuhkan waktu dan proses
yang cukup untuk menumbuhkan keberanian seseorang atau sekelompok orang menjadi
pelaku. Sebaliknya setelah mengalami beberapa “kejadian” dan tidak mendapatkan
respon yang seharusnya akan mengakibatkan seseorang menjadi korban.
Orang tua harus jeli melihat segala kemungkinan dan komunikasi menjadi kata kunci. Komunikasi dengan anak, teman-teman anak dan guru perlu dibangun dan menjadi penting untuk mengantisipasi terjadinya bullying. Beberapa tips sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah perundungan sebagai berikut:
- Memahami
dunia anak. Orang tua harus mampu melihat setiap kejadian dari perspektif
yang berbeda. Untuk mampu melihat dinamika setiap fase pertumbuhan,
diperlukan literasi dan belajar. Ada banyak buku parenting berkualitas yang dapat dijadikan referensi.
Kesibukan mencari nafkah jangan sampai menjadi alasan untuk mengabaikan
peran ini.
- Mendidik
anak untuk menghargai orang lain. Kewajiban memperlakukan orang lain
sebagaimana seharusnya kita diperlakukan adalah salah satu perintah Tuhan. Sejak
dini penghargaan terhadap orang lain bukan karena status sosialnya tetapi
lebih kepada sikap hormat dan takut kepada Tuhan. Itu menjadi
tanggungjawab utama keluarga.
- Mengajarkan
kepada anak untuk menghargai dan menghormati diri sendiri. Penghargaan dan
hormat bukan hanya diberikan kepada orang lain, tetatpi juga terhadap diri sendiri karena kita semua adalah ciptaan Tuhan yang sempurna. Membela diri dan melawan perundungan
wajib karena penghargaan terhadap diri sebagai mahluk Tuhan. Tidak ada
alasan apapun untuk memperlakukan diri kita seolah-olah lebih rendah dari
orang lain.
- Mewaspadai
pertemanan yang merusak (toxic).
Perbuatan bullying biasanya
dilakukan secara berkelompok, orang tua perlu memperhatikan dengan siapa
dan bagaimana anak-anaknya berteman.
- Memastikan
kenyamanan dan saluran yang tepat untuk setiap potensi dan bakat anak.
Anak yang memiliki hobbi yang berbeda dari yang lain jangan sampai merasa terasing dan harus memiliki
media dan sarana yang tepat untuk berkembang sesuai dengan kebutuhannya.
Potensi perilaku bullying
harus di cegah sedini mungkin. Perbuatan yang mengganggu mulai dari tahap yang
paling ringan seperti kekerasan verbal sampai yang paling berat dengan
kekerasan fisik. Bukan hanya menghindari, orang tua juga harus mengajarkan
bagaimana harus bersikap jika sang anak berhadapan dengan kemungkinan terburuk.
Menanamkan Nilai-Nilai
Kebenaran, Keluarga Adalah Tempat Yang Pertama dan Terutama
Selain komunikasi, kepekaan dan kepedulian orang tua
memberikan perhatian dan waktu yang cukup dengan anak, maka nilai-nilai
kebenaran menjadi penting. Kebenaran pertama yang terbentuk dan melekat kuat
lahir dari pengalaman bersama keluarga.
Karena setiap anak punya potensi yang sama untuk menjadi pelaku
maupun korban perilaku bullying,
orang tua harus mencegahnya pada kedua sisi dengan mengaitkannya dengan
nilai-nilai kebenaran. Memandang manusia secara holistik dalam cara pandang Tuhan,
seharusnya menggerakkan seseorang untuk mampu bersikap ketika mengetahui orang lain
diperlakukan tidak dengan selayaknya.
Menghentikan perilaku bullying di mulai dari rumah.
Sekali lagi keluarga menjadi institusi terpenting yang berpotensi melahirkan
dua jenis manusia secara bersamaan: "manusia yang memanusiakan manusia atau manusia yang tidak punya
rasa kemanusiaan". Guru dan sekolah mungkin bisa memastikan perilaku tersebut
tidak terjadi di dalam lingkungan sekolah, namun tidak menyelesaikan
permasalahan secara menyeluruh.
Ketika perilaku bullying terjadi baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, maka orang tua baik pelaku maupun korban seharusnya menjadi pihak yang paling dimintai pertangungganjawab. Kegagalan orang tua mengantisipasi berakibat pada dampak buruk dan jangka waktu yang lama. Mari, Mendidik Anak Mencegah Perilaku Bullying.
0 Response to "Mendidik Anak Mencegah Perilaku Bullying"
Post a Comment