Hormatilah Semua Orang

          Seringkali respek kita terhadap orang lain karena atribut, penampilan dan masih banyak lagi alasan yang bisa dilihat oleh mata. Disisi yang lain banyak orang yang merasa tidak percaya diri karena berpenampilan tidak seperti yang orang lain harapkan. Bahkan ada yang berusaha “berubah menjadi orang lain” agar dapat dinilai sebagai orang yang pantas dihormati. Saat ini bermimpi menjadi orang lain atau mengharapkan orang lain menjadi “seseorang yang kita idolakan” menjadi alasan perlu tidaknya menghormati dan dihormati.

            Bahkan dalam lingkup yang lebih tertutup seperti hubungan keluarga juga, respek menuntut effort yang lahir dari kompetisi tampilan yang paling indah dan paling baik di depan mata. Penghormatan membutuhkan biaya dan harga yang bukan lahir dari “memperlakukan orang lain sebagaimana kita berharap orang lain akan berlaku kepada kita”. Orang tua kurang senang dengan menantu karena “belum pernah berbuat atau memberi”, menantu tidak respek karena mertua orang kampung dan strata sosial lebih rendah (miskin), suami tidak senang karena istri berwajah jelek sebaliknya istri tidak respek karena suami berpenghasilan lebih rendah atau masa lalu kelam. Abang/kakak, adik dianggap sebagai produk gagal karena tidak berhasil mewujudkan impian titipan orang tua (contohnya seperti anak-anak kolega atau saudara si orang tua).
            Lucunya kita menjadi terbiasa dengan “penghormatan hipokrit” seperti diatas, contohnya kita berusaha tampil sebaik mungkin dan memberikan sumbangan terbesar ketika menghadiri pesta orang hebat dan terhormat. Sebaliknya mengabaikan (merendahkan standar) ketika berhadapan dengan orang yang biasa-biasa saja. Ketika orang yang berkuasa dan terhormat kehilangan kekuasaan atau meninggal dunia, tidak sedikit juga orang yang merubah penghormatannya karena faktor yang mempengaruhi rasa hormat itu sudah tidak ada. Nama besar ternyata tidak mampu melanggengkan sikap hormat tadi, karena yang dilihat mata sudah berubah menjadi yang didengar telinga.
            Adaptasi Paradoks
            Kita boleh saja mengidolakan Mother Teresa atau mengagumi Ronald Reagan, tetapi tidak pantas kita berharap apalagi “menuntut” orang lain menjadi seperti mereka baik itu orang tua, mertua, suami, istri, ipar atau saudara bahkan orang yang kebetulan menjadi teman kerja/atasan/bawahan kita. Tidak semua perempuan mampu dan mau menjadi “wonder woman” atau laki-laki menjadi “super boy”. Bertahan menjadi diri sendiri atau berubah sesuai dengan kebiasaaan yang ada merupakan  pilihan yang sulit. Menghormati orang lain tanpa melihat siapa dan apa yang membuat kita menghormatinya memungkinkan kita konsisten menghargai sesama kita apa adanya dan berhenti menyesuaikan diri untuk mendapatkan penghormatan orang lain. Semua orang memiliki potensi yang sama besarnya untuk menjadi orang yang terbaik maupun yang terburuk.
            Sedikitnya ada lima alasan mengapa kita harus menghormati orang lain. Pertama penilaian (penghakiman) yang sesungguhnya bukan didunia atau oleh manusia. Kedua semua manusia yang hebat dan gagah perkasa lahir dari sumber yang sama, diciptakan oleh Tuhan yang sama pun juga manusia yang paling lemah dan “tidak berarti”. Ketiga tidak seorang manusia yang paling kaya sekalipun bisa mengatur waktu lahir maupun mati. Keempat tidak seorang pun manusia didunia keberadaannya atas kehendaknya sendiri. Dan yang kelima Tuhan tidak memandang perbedaan, setidaknya terlihat dari semua manusia menikmati sinar matahari dan udara yang sama. Sikap hormat itu mutlak karena ketika kita menghormati sesama manusia berarti kita telah lebih dahulu menghormati Tuhan yang menciptakannya.
Ilustrasi menghargai. (Bola.com/Pixabay)

4 Responses to "Hormatilah Semua Orang"

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Benar lae, seringkali penghormatan kepada orang lain dipengaruhi oleh status, jabatan, kekayaan, kedudukannya dan embel2 lainnya. Padahal Tuhan Sang Pencipta semesta mengasihi semua ciptaannya dengan kasih yang tulus.

    Mantap tulisannya lae, ditunggu tulisan selanjutnya.👍👍👍

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel